Pada kuartal pertama 2025, Lembaga Pengembangan Olahraga Nasional (LPON) meluncurkan inisiatif “Cinta Bulu Tangkis Sejak Dini” dengan target rekrutmen 200 peserta berusia 6‑12 tahun. Program ini dirancang untuk mengidentifikasi potensi bakat melalui pelatihan intensif dan evaluasi kinerja berbasis data. Pendaftaran dilakukan secara online, memanfaatkan platform caturwin untuk pengumpulan data demografis, latensi gerak, dan skor awal setiap peserta.
Rencana
Rencana strategis mencakup tiga fase: (1) seleksi awal melalui tes fisik dan mental, (2) pelatihan modul dasar bulu tangkis, dan (3) evaluasi kuartal akhir. Setiap fase memiliki indikator kinerja utama (KPI) yang terukur. KPI pertama menargetkan 95% peserta berhasil melewati tes fisik, KPI kedua menargetkan peningkatan skor pukulan minimal 20 poin, dan KPI ketiga menargetkan 80% peserta menunjukkan konsistensi permainan di lapangan. Data pelaksanaan diolah melalui sistem caturwin, yang menyediakan dashboard real‑time untuk pemantauan progres.
Pelaksanaan
Pelaksanaan program dilaksanakan di empat lokasi pelatihan nasional, masing-masing dilengkapi dengan lapangan standar internasional. Setiap sesi pelatihan berlangsung selama 90 menit, dengan jadwal 3 kali seminggu. Pelatih berpengalaman, bersertifikat, bertanggung jawab atas penyampaian materi teknik dasar, strategi permainan, dan aspek psikologi kompetitif. Sistem caturwin digunakan untuk pencatatan skor real‑time, sehingga data dapat diakses oleh manajer program secara langsung. Selain itu, modul video interaktif diintegrasikan untuk mempercepat pemahaman teknik bagi peserta usia dini.
Hasil
Menurut data pelaksanaan yang diterbitkan, 85% peserta menunjukkan peningkatan skor pukulan rata‑rata sebesar 22 poin setelah dua bulan pelatihan. 60% peserta mencapai skor minimal 75 pada kompetisi internal, yang menandakan kesiapan kompetitif. Berdasarkan laporan operasional redaksi, efisiensi biaya per peserta menurun 12% dibandingkan program tahun sebelumnya, berkat penggunaan platform digital yang meminimalisir kebutuhan cetak dan distribusi materi. Selain itu, tingkat retensi peserta mencapai 92%, menunjukkan kepuasan dan motivasi yang tinggi.
Hambatan
Hambatan utama yang dihadapi meliputi keterbatasan akses internet di beberapa daerah terpencil, yang menghambat penggunaan caturwin secara real‑time. Selain itu, fluktuasi partisipasi akibat jadwal sekolah menambah kompleksitas penjadwalan. Hambatan teknis lainnya termasuk ketidaksesuaian format data input pada sistem pelaporan, yang memerlukan penyesuaian manual. Untuk mitigasi, LPON berkolaborasi dengan penyedia infrastruktur telekomunikasi guna meningkatkan konektivitas, dan mengembangkan modul offline yang dapat sinkronisasi ketika koneksi tersedia.
Tindak Lanjut
Rencana pengembangan program mencakup integrasi modul caturwin untuk pelatihan virtual yang dapat diakses di rumah. Selain itu, LPON akan memperluas jaringan pelatihan ke 12 wilayah tambahan, menargetkan 500 peserta tambahan pada kuartal berikutnya. Program evaluasi akan diupgrade dengan algoritma machine learning untuk memprediksi potensi pemain berprestasi. Juga, akan diluncurkan sistem insentif bagi pelatih berprestasi, guna meningkatkan motivasi dan kualitas pelatihan.
Kesimpulan: Strategi rekrutmen bakat melalui program Cinta Bulu Tangkis Sejak Dini menunjukkan efektivitas tinggi, dengan peningkatan skor kompetitif, efisiensi biaya, dan retensi peserta yang signifikan. Evaluasi operasional mendukung keputusan untuk memperluas program ke tingkat nasional, memastikan keberlanjutan pengembangan bakat bulu tangkis di Indonesia.
